Kalimat Efektif dalam Bahasa Indonesia
Kalimat efektif adalah suatu
kalimat yang merupakan isi dari suatu gagasan pembicara atau penulis yang
secara jelas disampaikan dalam untuk menunjukan suatu tujuan dari
penulis/pembaca.
1.1
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat, kalimat
efektif harus memiliki minimal ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kesatuan Gagasan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah memiliki subyek,
predikat, serta unsur-unsur lain (O/K) yang
saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal, juga terdapatnya satu ide
pokok dalam sebuah kalimat tersebut. Dengan satu ide pokok, kalimat boleh
panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat
mempertentangkan kesatuan yang satu dan yang lainnya asalkan ide atau gagasan
kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak
mempunyai hubungan sama sekali ke dalam sebuah kalimat.
Contohnya
adalah sebagai berikut:
“Di dalam
keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum”.
v Kalimat ini tidak memiliki
kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah
subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan
ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
Agar kalimat menjadi satu kesatuan gagasan, maka setiap
kalimat yang dibuatharus mempunyai kejelasan unsur-unsur gramatikalnya, seperti
subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.
1. Subjek
Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukan pelaku,
tokoh, sosok,benda, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau
pokok pembicaraan. Ciri-ciri subjek yaitu jawaban apa atau siapa, disertai kata
petunjuk, memiliki keterangan pembahas yang, didahului kata bahwa, dan tidak
didahului kata depan.
2. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu
melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa
sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek. Ciri-ciri predikat yaitu
berupa kata kerja; bukan berupa kata kerja; disertai aspek bahasa; disertai
kata adalah yaitu, dan merupakan; dapat diingkarkan
3. Objek dan Pelengkap
Objek (O) dan Pelengkap (P) adalah bagian kalimat yang
melengkapi predikat. Ciriciri objek dan pelengkap yaitu objek dan pelengkap
berada di belakang predikat; objek bisa mempunyai subjek pada kalimat pasif;
pelengkap tak bisa menjadi subjek pada kalimat pasif
4. Keterangan
Keterangan (K) ialah bagian kalimat yang menerangkan berbagai
hal mengenai bagian yang lainnya. Ciri-ciri keterangan yaitu berupa kata,
frase, dan kalusa, didahului kata depan, dan tidak terikat posisi.
b. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan atau koherensi adalah
terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga
informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Yang termasuk unsur pembentuk
kalimat adalah kata, frasa, klausa serta tanda baca yang membentuk
S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
Contohnya
adalah sebagai berikut:
”Dalam pembangunan
sangat berkaitan dengan stabilitas politik”.
Pada awal
kalimat tersebut memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi
kacau.
Kepaduan kalimat itu memiliki beberapa ciri,
diantaranya:
1. Kalimat
yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.
Oleh
karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
2. Kalimat
yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang dipredikat pasif persona.
Contoh:
·
Surat itu saya
sudah baca.
· Saran
yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat
di atas menunjukkan kepaduan sebab aspek
terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
· Surat
itu sudah saya baca
· Saran
yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3. Kalimat
yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
· Makalah
ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
· Makalah
ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
c. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat
itu memiliki beberapa ciri, diantaranya:
1.
Mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat membuat kalimat tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di-, dalam, bagi,
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut di depan subjek.
Contoh:
· Bagi semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
· Semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (benar)
2.
Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
· Penyusunan
laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
Kalimat
ini dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut:
· Dalam
penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
3. Kata
penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
· Kami
datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Perbaikan
kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengubah kalimat itu
menjadi kalimat majemuk dan kedua mengganti ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung anatarkalimat
· Kami datang
agak terlambat sehibgga kami tidak dapat mengikuti acar pertama.
atau
· Kami
datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
4. Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
· Bahas
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
Perbaikannya
adalah:
· Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
d. Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat, diantaranya adalah:
1.
meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di
awal kalimat).
Contoh:
- presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
(penekanannya ialah presiden mengharapkan)
- membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
- bukan seribu, sejuta atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
- bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
- melakukan pengulangan kata.
Contoh:
- saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
- melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
- anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
- mempergunakan partikel penekanan atau penegasan.
Contoh:
- saudaralah yang bertanggung jawab.
e. Keparalelan
Yang dimakud dengan keparelalan atau kesejajaran adalah
terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan
frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika
unsur pertama menggunakan verba, unsur kedua da seterusnya juga harus verba.
Jika unsur pertama berbentuk nomina, bentuk berikutnya juga harus nomina.
Contohnya
adalah sebagai berikut:
·
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir
jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara
predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-,
sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan
di-.
Kalimat itu harus diubah :
·
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir
jalan, atau
·
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir
jalan.
f. Ketepatan
Yang dimakud dengan ketepatan adalah kesesuaian atau
kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membngun suatu kalimat sehingga terbentuk
pengertian yang bulat dan pasti. Di antara semua unsur yang berperan dalam
pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa
kata kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, perlu diingat kadang-kadang kita harus
memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idium, satu tanda baca dari
sekian pilihan demi terciptanya makna
yang bulat dan pasti.
Contohnya
adalah sebagai berikut:
·
Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi
sehinggga petang.
Kalimat
di atas salah karena salah dalam pemakaian kata sehingga.
Kalimat
yang benar adalah:
·
Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai
petang.
g. Kehematan
Yang dimakud dengan kehematan ialah adanya upaya
menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak
memakai kata-kata mubadzir, tidak mengulang subjek, tidak menjamakkan kata yang
memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi
padat berisi. Ada beberapa kata atau frasa yang dapat dihemat, seperti:
Jika ….., maka ….. seharusnya jika
….., ….. atau ….. maka …..
Tidak
sama seharusnya
berbeda
Mempunyai
hak seharusnya
berhak
Pengangkut
udara seharusnya maskapai
Tidak
jadi seharusnya
batal
Contoh:
·
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas
tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
·
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
Ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan:
- Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
·
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang
ke tempat itu.
·
Hadirin serentak berdiri setelah mereka
mengetahui bahwa Presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut:
·
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
·
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.
- Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Kata merah
sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Contoh:
·
Ia memakai baju warna merah.
·
Di mna engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi:
·
Ia memakai baju merah.
·
Di mana engkau menangkap pipit itu.
- Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik
bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata sejak bersinonim dengan kata dari.
Contoh:
- Dia hanya membawa badannya saja.
- Sejak dari pagi dia bermenung.
Kalimat
ini dapat diperbaiki menjadi:
·
Dia hanya membawa badannya.
·
Sejak pagi dia bermenung.
- Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk
Tidak Baku Bentuk
Baku
para tamu-tamu para tamu
beberapa orang-orang beberapa
orang
h. Kelogisan
Yang dimakud dengan kelogisan adalah terdapatnya arti
kalimat yang logis atau masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya
pola pikir yang sistematis (runtut atau teratur dalam perhitungan angka dan
penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benr pula
pemakaian tanda baca, kata atau frasanya dapat mejadi salah jika maknanya lemah
dari segi logika berbahasa.
Contohnya
adalah sebagai berikut:
·
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena
waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat
tersebut harus diubah misalnya:
·
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
i. Kecermatan
Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan
diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, hal-hal yang harus
memperhatikan diantaranya:
a. Hindari penanggalan awalan
Contoh :
·
Saya keberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa
itu pada buku perdana hasil karya
sendiri karena berbagai pertimbangan.
Seharusnya
Saya
berkeberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana
hasil karya sendiri karena berbagai pertimbangan.
b. Hindari peluluhan bunyi/c/
Contoh :
·
Ia sangat menyintai calon istrinya sehingga menyiptakan
puisi terindah sebagai mas kawin dihari pernikahan.
Seharusnya:
Ia sangat
mencintai calon istrinya sehingga menciptakan puisi terindah sebagai mas kawin
dihari pernikahan.
c. Hindari bunyi /s/, /p/, /t/, dan /k/ yang
tidak luluh
Contoh:
· Tanpa
mengesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)
berusaha memromosikan, dan mensosialisasikan undang-undang pencegahan kekerasan
dalam rumah tangga.
Seharusnya:
Tanpa
mengkesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)
berusaha mempromosikan, dan menyosialisasikan undang-undang pencegahan
kekerasan dalam rumah tangga.
d. Hindari pemakaian kata ambigu
Contoh:
· Istri
Wakil Direktur Rumah Tangga Pertamina Pusat yang baru itu akan meluncurkan buku
yang berjudul ”Melawan Stigma Negatif Seorang Sekertaris”.
· (Catatan
: Siapa yang baru? Istri wakil direktur apa pak wakil direktur yang baru
menjabat).
1.2 Sebab-sebab Tidak Efektifnya Suatu Kalimat
Sering kita mendengar bahwa dalam bahasa komunikasi
sehari-hari, kita secara tidak sadar mengucapkan kata-kata atau suatu kalimat
yang dapat membingungkan lawan bicara kita. Hal tersebut merupakan salah satu
bagian dari kesalahan dalam penyusunan kalimat.
Berikut ini merupakan sebab-sebab tidak efektifnya suatu
kalimat:
1.
Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah
pemakaian kata yang berlebihan (mubadzir), yang sebenarnya tidak perlu.
Contoh-contoh
kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
§ ”Banyak tombol-tombol yang dapat
anda gunakan”.
Kalimat ini seharusnya:
”Banyak tombol yang dapat Anda gunakan”.
§ ”Kita harus saling
tolong-menolong”.
Kalimat ini seharusnya:
”Kita harus saling menolong” atau ”Kita seharusnya
tolong-menolong”.
2.
Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi:
§ ”Fitur terbarunya Adobe Photoshop
ini lebih menarik dan bervariasi”.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila
akhiran-nya dihilangkan
”Fitur
terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi”.
3.
Kesalahan Pemilihan Kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan:
§ ”Saya mengetahui kalau ia kecewa”.
Seharusnya:
”Saya
mengetahui bahwa ia kecewa”.
4.
Kesalahan Nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar:
§ ”Bola gagal masuk gawang”.
Seharusnya:
”Bola tidak
masuk gawang”.
5.
Pengaruh Bahasa Asing atau Daerah (Interferensi)
a.
Bahasa Asing
Contoh
kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada
kalimat berikut:
§ ”Saya
tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja”.
Kalimat
ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat
berikut:
“I live in Semarang where my mother works”.
Dalam
bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
”Saya
tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja”.
b.
Bahasa Daerah
Contoh
kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita
lihat pada kalimat berikut:
§ Anak-anak
sudah pada datang.
Dalam
bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
§ Anak-anak
sdah datang.
Contoh
lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa jawa:
§ Masuknya
keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi)
Kita
sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan:
§ Masuknya
lewat mana?
6.
Kata Depan Yang Tidak Perlu
Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata
depan yang tidak perlu seperti pada kalimat berikut:
§ ”Di
program ini menyediakan berbagai fitur terbaru”.Agar menjadi efektif, sebaiknya
kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi§ ”Program ini menyediakan berbagai fitur
terbaru”.
1.3 Pola Kesalahan
Yang Umum Terjadi Dalam Penulisan Serta Perbaikannya Agar Menjadi Kalimat Yang Efektif
1.
Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah
kalimat.
Contoh:
- Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya
sendiri yang kurang menyenangkan.
- Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
2. Penggunaan kata
berlebih yang mengganggu struktur kalimat.
Contoh:
- Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum
akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera
diubah.)
- Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi
hukuman setimpal.)
3. Penggunaan imbuhan yang kacau.
Contoh:
- Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan.
/ Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar
tidak mengulangi perbuatannya.
- Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori
apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)
4. Kalimat tak selesai.
Contoh:
- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial,
selalu ingin berinteraksi.)
- Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan
yang tidak baku.
Contoh:
- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang
buruk.)
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok,
menyuci, menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik,
menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya
mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik,
mencampakkan, mencampuri dan mencelupkan.
- Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.
(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide
cemerlang.)
- Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.
(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara
professional.)
- tau è tahu - negri
è negeri
- kepilih è terpilih - faham è paham
- ketinggal è
tertinggal - himbau
è imbau
- gimana è
bagaimana - silahkan
è silakan
- jaman è zaman - antri è antre
- trampil è terampil - disyahkan è disahkan
6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan
‘yang mana’.
Contoh:
- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat
baik.)
- Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari
kesembuhan harus selalu bersih.)
- Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh.)
7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang
tidak tepat.
contoh
- Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke
kampung kemarin.)
- Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari
pengawasannya.)
- Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan
musuh.)
8. Pilihan kata
yang tidak tepat.
Contoh:
- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan
diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
- Bukunya ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)
9. Kalimat
ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
Contoh:
- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita di atas dapat
menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau
nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus
santoso masuk jurang, sopirnya melarikan diri)
10.
Pengulangan kata yang tidak perlu.
Contoh:
- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku).
- Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok
Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan).
11.
Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah.
Contoh:
- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS
sangat berbahaya).
- Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan
anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2007. Kalimat
Efektif . http://203.130.231.111/~cai/images/stories/ pdf_files/BAB_V_Kalimat_Efektif.pdf
Anonymous. 2008. Ciri-ciri Kalimat Efektif. http://komunitasmahasiswa.info/ 2009/02/ciri-ciri-kalimat-efektif.html
Arifin,
Zaenal. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia. Akademika Pressindo: Jakarta
Erwin, Tungggara. 2008. Kalimat Efektif. http://tunggara.wordpress.com
Finoza,
Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Insan Mulia: Jakarta
Kusmana,
Suherli. 2008. Kalimat Bahasa Indonesia Yang Efektif. http://suherli
centre.blogspot.com/2008/08/kalimat-bahasa-indonesia-yang-efektif.html
Moeliono, Anton M. 1988. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta
S, Nina. 2008. Membuat Kalimat Efektif.
http://just-drop-by.blogspot.com /2007/03/membuat-kalimat-efektif.html
Yusbuset. 2008. Sulitkah
Menggunakan Kalimat Efektif?. http://yust69.
wordpress.com/Sulitkah-menggunakan -kalimat-efktif-?.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar